.quickedit{display:none;}

beranda

Jumat, 30 Januari 2009

Setetes Darah di Jalan Dakwah


Lantunan suara merdu itupun berlalu, terdengar sangat indah mendayu-dayu dalam kolbu. Sang pujanggapun akan iri mendengar suara itu, dengan untaian kata penyejuk jiwa tercipta sebuah pengakuan dan seruan fitroh manusia. Terdengar lirih memang di telingaku, tetapi membuatku tergugah dari peraduanku. Aku lihat jam dinding di kamar kecilku, dan jam bergambar sepakbola terkenal Zinadine Zidane jarum pendeknya sudah menunjuk ke angka 4. Sangat sayang bagiku untuk beranjak dari kasur tidurku, dan harus meninggalkan bantal dan guling ditambah lagi rasa kantuk ini yang tidak pernah hilang. Aku mencoba melawan rasa kantuk ini, sambil meregangkan otot-ototku kemudian dengan sekuat tenaga aku berdiri.
Tiba-tiba suara dering handphoneku terdengar, itu suara alarm dari HPku, tadi malam sengaja aku set waktunya jam 4 pagi supaya aku bisa terbangun. Segera saja HP itu aku non-aktifkan, suaranya sangat berisik dan terdengar sangat keras. Aku taruh kembali ke meja belajarku, dan bergegas keluar kamar menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, membasuh wajahku yang terlalu penak dengan masalah-masalah, membasuh tanganku yang terlalu banyak digunakan untuk hal-hal yang tidak baik, dan membasuh kepala, telinga, dan kaki. Air yang dingin membuat rasa kantukku hilang, kesegaran air di pagi hari memang menakjubkan, begitu menyejukan dan hati ini merasa nyaman, membuat aku bersemangat melakukan semua aktivitas hari ini. Kenikmatan menjadi lengkap ketika aku melangkahkan kaki mungil ini ke rumah Allah dan melaksanakan shalat berjamaah. Saat shalat begitu nikmat terasa, memaknai setiap gerakan-gerakan yang aku lakukan, tak habis-habis bibir ini menyebut nama dan keagungaNYA, memohon ampunaNYA, seakan-akan aku akan menghadapNYA saat ini, sampai tidak terasa ucapan salam keluar dari bibirku, saat itu aku perhatikan disekelilingku, ada sekitar 8 orang yang shalat bersamaku, mereka begitu khu’su berzikir kepada Allah,sampai-sampai mereka tidak merasakan adanya tetesan-tetesan air ketulusan mengalir lewat kedua matanya, apakah karena begitu dekatnya dengan sang khalik sehingga mereka merasakan ibadah yang sangat nikmat?, laksana anak kecil yang menerima hadiah dari orangtuanya yang menangis bahgia, seorang ibu yang menangis bahagia setelah melahirkan anaknya, seorang sufi yang begitu tenang dan khu’su dalam setiap ibadah yang dia lakukan, begitukah nikmatnya beribadah? Ya Allah aku ingin seperti itu, aku juga ingin merasakanya, nikmatnya beribadah kepadaMU, tapi siapa aku?

Tidak ada komentar: